Bismillahirrahmanirrahim.
.
.
“Menikah? Aduh, belum kepikiran tuh, masih pengen jalan sama temen, bebas dari aturan macem-macem, pengen mengeksplore diri dan karir dulu. Entar deh kalau udah siap”
“Udah mampu sih, cuma belum ada calon. Males ah kalau nyari, ntar aja kalau ada temen yang cocok”
“Sis, sebenernya aku udah siap nikah, cuma kubingung mau sama siapa dan harus berproses dari mana.”
Cung, siapa yang pernah dibincangin begitu sama temen, atau malah kita ada yang pernah berpikir begitu. Hehe.
Kali ini aku mau sedikit sharing seputar pernikahan, utamanya buat sista yang kini masih ragu menujunya atau syukur-syukur sedang mempersiapkan. Semoga dilancarkan ya! Barakallah
Kemarin belum lama nonton di televisi tentang fenomena pernikahan upnormal, percaya nggak percaya hal ini emang ada di belahan dunia sana: Seorang wanita menikah dengan anjing kesayangannya, seorang pria menikah dengan roller coaster hingga pernikahan dengan karakter game. Naudzubillah..
Awalnya aku melongo bin kaget, tapi kemudian aku jadi ngerti kalau hal semacam itu dilatarbelakangi beberapa hal. Seperti karena kecewa berat, sakit hati oleh mantan pacar, kecenderungan seksual pada suatu benda, dan lainnya. Duh kasian ya. Itu juga yang kemarin bikin aku gemes pengen nulis ini, selain juga tentu untuk bales lebih lebar beberapa DM temen.
Di sinilah kenapa menikah menjadi penting. Menikah dengan lawan jenis itu selain sunnah banyak banget membawakan manfaat.
Menikah bagus untuk mendewasakan diri, belajar managemen segala hal. Kalau dulu pas single, kita biasa menyiapkan keperluan pribadi, setelah menikah wajib memikirkan hak dan kewajiban pasangan kita juga tugas kita pribadi.
Kalau dulu banyak waktu bebas keluar rumah, setelah menikah yang aku rasain, rumah itu justru tempat paling aman dan nyaman buat kita para wanita. Bukan berarti nggak bisa keluar rumah, tetep bisa kok cuma kini udah ada buntutnya, hihi.
Menikah akan lebih melindungimu. Logikanya gini semisal ada anak muda pacaran di tempat umum, tentu ada masyarakat yang menilainya negatif. Beda kalau udah menikah, masyarakat akan selalu memandang positif pasangan yang memang udah sah dalam ikatannya.
Bagi wanita yang udah menikah akan lebih jarang diganggu, karena udah ada seorang lelaki yang berhak atas dia, yang berusaha menjaga saat bepergian jauh atau nganterin ke tempat kerjaan. Em, sebenernya asal kita jaga diri baik-baik, meski single atau udah menikah, diri kita akan lebih terjaga juga. InsyaAllah
Menikah mengajariku untuk lebih terbuka dan realistis menghadapi hal-hal baru. Ini otomatis, karena kita terlekat dengan orang baru, lingkungan dan keluarga baru, pikiran baru, kebiasaan baru. Semisal dulu aku cukup idealis dengan keputusan ini itu, setelah menikah ada banyak kondisi di mana aku harus realistis menghadapi keadaan, seperti saat harus LDM, saat anak susah makan, sakit atau harus mengelola beberapa hal yang berbenturan.
Menikah lebih menundukkan mata, hati dan fikri. Subhanallah, kenapa bisa gitu ya? Ya jelas bisa, hehe namanya manusia pasti punya nafsu, dan menikah adalah tempat yang tepat untuk kalian saling memandang, saling memikirkan bahkan saling berkasih sayang tanpa takut dikejar-kejar dosa, yang dulunya nggak boleh, setelah menikah bisa jadi ibadah.
Itu juga kali ya kenapa sampai ada pesan Illahi yang menyuruh pemuda berpuasa bila ia belum mampu menikah. Karena gimanapun pemuda yang bisa menjaga dirinya itu jauh lebih mulia meski ia tak selalu dikenal penduduk bumi, namun siapa sangka ia banyak didoakan oleh penduduk langit.
“Terus kenapa menikah bisa menundukkan fikiran?”
Maksudku bikin kita lebih fokus untuk melangkah, sehingga nggak bikin galau. Setelah menikah ada banyak keputusan yang bisa kita ambil bersama pasangan untuk jauh ke depan nantinya.
Saking mulianya dihadapan Illahi Robbi, sebuah pernikahan dikatakan sabagai Mitsaqan ghalidza atau perjanjian yang agung.
Bicara tentang perjanjian yang agung tentu kita nggak mau asal bikin janji, apalagi sama orang yang bakal jadi partner sehidup sesurga kita (insyaAllah, bi’idznillah).
Di sini pula bisa menjadi motivasi kita yang masih lajang untuk menjaga diri dan mengambil cara-cara yang baik pun diridhoi untuk menuju pernikahan nantinya. Semua berproses, semoga setiap proses kita senantiasa dalam bimbinganNya. Lebih lengkapnya insyaAllah nanti aku post di konten tersendiri ya..
Kalau kataku, menikah nggak bisa gitu aja jalan tanpa persiapan sama kayak jodoh nggak bisa tetiba datang tanpa diikhtiarkan.
Emang sih kalau ditanya siap nggak siap, kita mesti aja ada yang kurang dan belum siap, tapi bukan berarti nggak mau menikah kan ya..
Beberapa hal yang bisa jadi parameter kalau kita siap nikah itu seperti, kita siap menerima kelebihan dan kekurangan seseorang yang akan menjadi pasangan kita.
Kita mulai tertarik untuk belajar parenting dan ilmu berumah tangga.
Kalau wanita sih biasanya lebih gemati sama anak kecil dan urusan rumah, kalau laki-laki apa ya.. yang aku denger cerita dari mas suami sih dulu beliau bilang siap buat nyari istri pas udah punya pekerjaan dan penghasilan juga berusaha memperbaiki kualitas ibadah.
Mendapat ridho dari kedua orang tua, siap dengan kehidupan baru dan mau banyak belajar lebih baik.
Jadi gimana, kamu udah siap nikah belum?
Udah nggak usah mikir lama-lama, Gih disiapin! Semoga saat nanti dipertemukan dengan pasanganmu, minimal udah punya bekal persiapan.
Dan semoga kita semua terhimpun sebagai keluarga yang selalu dalam limpahan PerlindunganNya.
Tertulis dalam salah satu Ayat SuciNya:
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendiri (perempuan yang tidak mempunyai suami atau laki-laki yang tidak memiliki istri) di antara kalian dan orang-orang saleh di antara para hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka dalam keadaan miskin, Allahlah yang akan menjadikan kaya dengan karunia-Nya,” (An-Nur : 32).